ASEAN adalah rumah bagi lebih dari 600 juta jiwa (lebih besar dari Uni Eropa dan Amerika Utara) dan memiliki tenaga kerja terbesar ketiga di setelah India dan Cina.
Sejak didirikan, kawasan ini telah mengalami pertumbuhan di berbagai sektor, seperti manufaktur, ritel, transportasi, dan telekomunikasi. Kawasan ini diperkirakan akan menjadi ekonomi terbesar keempat di dunia pada tahun 2030 dengan konsumsi domestik yang diperkirakan akan mencapai US$4 triliun.
Namun, pandemi COVID-19 telah berdampak besar pada negara-negara ASEAN karena karantina wilayah mengakibatkan penurunan tajam dalam produksi industri, logistik ekspor ASEAN, dan pengeluaran konsumtif. Untuk kembali bangkit, negara-negara ASEAN harus memprioritaskan beberapa tindakan untuk mendukung pertumbuhan yang berkelanjutan dan tangguh.
Pandemi juga membuat banyak perguruan tinggi menyadari pentingnya kemitraan bisnis ASEAN dan kolaborasi untuk mengatasi masalah-masalah sosial global. Untuk mengatasi tantangan bisnis ASEAN, saat ini perguruan tinggi membutuhkan strategi yang tepat untuk meningkatkan tiga misi dasar mereka, yakni pengajaran, penelitian, dan pelayanan publik.
Bagi negara-negara yang mengirim mahasiswanya ke luar negeri, perguruan tinggi internasional dapat meningkatkan pendapatan ekonomi bagi universitas dan juga mendukung fasilitas penelitian untuk memenuhi penelitian internasional dan menyediakan lanskap internasional bagi mahasiswa dan masyarakat lokal.
Sebagai tanggapan, anggota ASEAN telah mempercepat laju reformasi utama untuk meningkatkan kemudahan berbisnis dan menarik investasi asing di bidang-bidang baru, seperti kemampuan manufaktur bernilai tinggi dan teknologi digital. Pendorong pertumbuhan baru ini, antara lain, akan membuat ASEAN menarik bagi investor asing, termasuk mereka yang ingin memindahkan sebagian atau seluruh kegiatan manufaktur mereka dari Tiongkok.
Menyadari pentingnya globalisasi dan internasionalisasi, ASEAN menetapkan roadmap tentang ASEAN Higher Education Space 2025 untuk berkontribusi pada ASEAN Community Vision 2025 (ASEAN, 2022). Roadmap ini mengusung ASEAN Higher Education Space yang tangguh dan berkelanjutan yang memungkinkan harmonisasi dan internasionalisasi yang lebih besar dari sistem perguruan tinggi di ASEAN.
Roadmap ini mewacanakan realitas baru di dunia pendidikan, dan mengusulkan pendekatan yang adaptif dan berkelanjutan dalam menanggapi konteks pendidikan tinggi yang terus berubah. Salah satu poin utama dari roadmap ini adalah mendorong mobilitas mahasiswa, dosen, peneliti, dan peserta magang, serta mengembangkan standar mutu dan penetapan bersama atas kualitas dan performa pendidikan tinggi di Asia Tenggara.
Cari Tahu Strategi Kemitraan Bisnis di ASEAN
Dalam pembangunan dan rekonstruksi pasca pandemi, Singapore Institute of International Affairs (SIIA) menerbitkan laporan “New Horizons: Strategi Global dan Regional untuk Masa Depan Singapura”, yang berfokus pada peran Singapura sebagai pusat regional untuk ASEAN dan simpul Global-Asia.
Pada 17 Februari 2022, SIIA mengadakan webinar “Kemitraan dan Peluang di ASEAN: Langkah Selanjutnya untuk Bisnis” yang menekankan pada peluang dan strategi untuk mitra bisnis ASEAN.
Acara ini menyoroti pentingnya kerja sama internasional dan investasi asing. Pembukaan kembali perbatasan akan memungkinkan fasilitasi bisnis ASEAN, pembangunan ekonomi ASEAN yang lebih besar, serta menghasilkan lebih banyak peluang bisnis di ASEAN untuk berkembang.
Selain program kemitraan bisnis ASEAN, kemitraan juga mencakup bidang pendidikan. Program tersebut yakni SEAMEO-RIHED Asian International Mobility for Students (AIMS) dan ASEAN University Network (AUN) Mobility Programme yang mendukung mobilitas mahasiswa.
Baik AIMS maupun AUN mewakili mobilitas bisnis ASEAN yang patut dipuji untuk pengembangan bakat, proyek penelitian, penilaian program, dan aliansi jaringan. Kedua program tersebut melibatkan dan membangun kerja sama antara universitas, mahasiswa, fakultas, kementerian nasional, organisasi regional (SEAMEO) dan AUN.
Kunci Sukses dalam Membangun Kemitraan Bisnis
1. Memastikan Kerja Sama yang Efektif
Kerja sama yang efektif di antara negara-negara anggota ASEAN telah menjadi prinsip dasar bagi komunitas ini sejak awal berdirinya. Sejak pandemi, pemerintah ASEAN sepakat untuk membentuk Dana Respons COVID-19 ASEAN, membentuk Cadangan Persediaan Medis Regional ASEAN, dan yang terbaru adalah menyetujui Kerangka Kerja Pemulihan Komprehensif untuk ASEAN dan Rencana Implementasinya (ACRF).
Selain kerja sama antar anggotanya, ASEAN juga secara aktif menjalin kerja sama multilateral dengan mitra eksternal. ASEAN telah merampungkan Regional Comprehensive Economic Partnership (RCEP) dengan lima mitra dagang utamanya: Australia, Cina, Jepang, Korea, dan Selandia Baru.
Mewakili 30% GDP global dan 30% populasi dunia, RCEP merupakan perjanjian perdagangan ASEAN terbesar hingga saat ini dan diproyeksikan oleh Peterson Institute for International Economics untuk menambah $186 miliar per tahun bagi perekonomian dunia pada tahun 2030 melalui peningkatan perdagangan regional.
ASEAN juga telah mengakui pentingnya kemitraan pemerintah-swasta. Sebagai contoh kemitraan ini mencakup kerja sama antara penyedia logistik, donor, dan lembaga kemanusiaan untuk mengirimkan pasokan higienis, menawarkan aplikasi kesehatan seluler gratis, dan meluncurkan aksi bersama untuk meningkatkan efisiensi impor vaksin COVID-19 dan peralatan medis.
2. Memperluas Konektivitas dan Transformasi Digital ASEAN
Sebuah survei yang dilakukan oleh World Economic Forum, bekerja sama dengan Sea, terhadap lebih dari 60.000 anak muda ASEAN mengungkapkan bahwa anak muda ASEAN menyesuaikan diri dengan lingkungan COVID-19 dengan meningkatkan jejak digital mereka secara signifikan. Mayoritas anak muda mengonfirmasi bahwa mereka berencana untuk menggunakan alat digital secara permanen setelah pandemi berakhir.
Untuk mendukung tren ini dengan kebijakan dan regulasi, ASEAN bergerak maju dengan upaya kebijakan regional, termasuk kerangka kerja untuk pembayaran lintas batas, rencana untuk mempromosikan manufaktur pintar dan pedoman untuk ekosistem 5G.
ASEAN juga mengembangkan strategi konsolidasi pada Revolusi Industri 4.0. Untuk melengkapi, World Economic Forum’s Digital ASEAN Initiative menyatukan semua pihak untuk mencari solusi terkait kebijakan data, keterampilan digital, pembayaran elektronik, dan keamanan siber.
Pergeseran ke arah digital, ditambah dengan investasi yang memadai dalam hal kualitas infrastruktur digital dan keterampilan digital, akan memungkinkan kewirausahaan untuk berkembang.
3. Berinvestasi dalam Keberlanjutan Bisnis ASEAN
ASEAN harus berupaya untuk meredam dampak ekonomi dari pandemi dan memberikan insentif bagi investasi yang ramah lingkungan. Keberlanjutan terdaftar sebagai salah satu dari lima strategi utama untuk upaya pemulihan komunitas.
Berdasarkan inisiatif yang telah ada, yakni Standar Obligasi Hijau ASEAN, Standar Obligasi Sosial ASEAN, Standar Obligasi Berkelanjutan ASEAN, dan Fasilitas Pembiayaan Hijau Katalis ASEAN, menciptakan indikator Tujuan Pembangunan Berkelanjutan (SDG). Kemitraan Aksi Plastik Global dari Forum Ekonomi Dunia telah meluncurkan dua kemitraan bisnis lintas batas di kawasan ini, yaitu di Indonesia dan Vietnam untuk mengatasi polusi plastik.
Dengan kemajuan teknologi yang memungkinkan adopsi energi bersih dan terbarukan, percepatan perubahan kebijakan, peraturan perdagangan dan sentimen konsumen, maka dari itu kemitraan bisnis berkelanjutan di ASEAN harus terus berkolaborasi selain dengan para mitranya, juga dengan lembaga pembangunan, dan sektor swasta untuk mendukung investasi bisnis di ASEAN demi masa depan yang lebih bersih.
Dukung Bisnis Cross-Border
Dalam melakukan ekspansi bisnis di ASEAN, perlu diperhatikan beberapa poin penting yang salah satunya yakni tarif perdagangan ASEAN. Namun kini pebisnis tidak perlu khawatir karena terdapat berbagai cara untuk memasuki pasar ASEAN, yaitu dengan memanfaatkan kemitraan bisnis ASEAN.
Ke depannya, Asia Tenggara akan semakin terjalin dalam perdagangan global, terutama dengan ratifikasi Regional Comprehensive Economic Partnership (RCEP), perjanjian perdagangan bebas terbesar di dunia, yang mencakup pasar sebesar 2,2 miliar orang.
Perusahaan harus terlebih dahulu melihat kompleksitas rantai pasokan mereka sebelum mempertimbangkan mendiversifikasi operasi mereka ke rantai pasokan Asia Tenggara. Perusahaan-perusahaan yang bergerak di bidang tradisional yang memproduksi barang dengan rantai pasokan pendek, seperti pakaian jadi, lebih mungkin untuk merelokasi seluruh rantai pasokan mereka.
Sedangkan perusahaan-perusahaan yang bergerak di industri yang lebih bernilai tambah cenderung merelokasi sebagian dari rantai pasokan mereka. Dengan adanya RCEP diharapkan dapat memberikan manfaat kemitraan bisnis regional.
Kesimpulan
Pengembangan bisnis di ASEAN merupakan sebuah peluang pasca-pandemi di ASEAN yang dapat dilakukan pebisnis di Indonesia. Pemerintah dari masing-masing negara berupaya untuk memajukan ekonomi ASEAN dengan membentuk perjanjian perdagangan RCEP, mendukung mobilitas mahasiswa dengan AIMS dan AUN, dan masih banyak lainnya.
Keberhasilan kemitraan bisnis di ASEAN dapat terjadi dengan memperhatikan poin-poin berikut, yakni memastikan kerja sama yang efektif, memperluas konektivitas dan transformasi digital, dan berinvestasi dalam berkelanjutan bisnis.
Setelah mengetahui tips membangun kemitraan bisnis yang kuat, kini Anda siap menjadi salah satu mitra bisnis di ASEAN. Untuk mencapai itu, ada baiknya untuk memanfaatkan layanan fulfillment Indonesia, seperti Locad, agar tujuan dapat diraih dengan mudah.